Thursday 14 March 2013

Alasan Single


Kamis, 14 Maret

Mungkin gue agak mengerti alasan Sang Cici Tua memilih untuk single. Gue berpikir, mungkin alasan dirinya memilih untuk tidak dulu mencari seorang pasangan adalah dia sudah terlalu mapan, jadinya ya.. dia gak terlalu butuh yang namanya seorang pria. Namun, di sisi lain ini argumen gue untuk dia. Semenjak ayahnya meninggal, gue rasa pun dia sangat butuh kasih sayang seorang ayah sebagaimana ia pernah dapat dulu, pun argumen gue semakin kuat ketika gue akan berkata bahwa dia membutuhkan kasih sayang seorang pria yang juga memiliki kasih sayang seorang ayah, dan selama ini dia belum menemukan kasih sayang ayah yang dimiliki oleh pria-pria yang ia temui dalam hidupnya.

Beda dengan gue, alasan karena gue memilih single karena gue menyukai kesendirian dan kehampaan. Itu SEMUA menginspirasi gue untuk berkarya, baik musik, maupun puisi. Gue menyukai kesendirian dan kehampaan ini, karena disisi lain gue merasa tertekan sekaligus terkadang bangga akan diri gue, seakan gue berteriak “AKU MAKHLUK PALING SENDIRI DI DUNIA INI! DAN AKU BANGGA.”

Orang -orang tidak bisa membaca pikiran orang lain, itu adalah BETUL, BENAR. Tapi, kan mereka bisa baca dari gerak tubuh orang lain / body language. Tapi, bagaimana dengan gue, orang-orang bisa salah persepsi tentang semua body language gue. Karena memang gue ini poker face dan poker body. Gue gak pernah berpikiran sekalipun ketika gue terdiam merenung, gue akan bergerak seolah-olah gue bosan boring. Ada kalanya gue bertindak seperti orang yang kesurupan dan ada kalanya gue bertindak seperti rumput yang tumbuh di pekarangan , bergerak jika hanya ada angin.
Bisa dibilang pun gue memiliki dua kepribadian yang sangat berbeda, bak kutub utara dan selatan.

Alasan lain gue suka dengan status gue ini adalah, gue menyukai sesuatu yang berbau keheningan, kesendirian, dan alam. Gue selalu terhenti pada jalan-jalan gue ketika gue melewati sebuah padang rumput besar, dengan awan yang berkumpul jadi satu balon besar di atas, sementara matahari tidak bersinar dengan begitu teriknya. Gue selalu, terhenyak oleh suasana ketika gue melihat sebuah air terjun besar, dan kejatuhannya dari ketinggian, air-air yang mengikuti alirannya, atau terkadang gue blok disana-sini.

Terkadang gue sadar betul dan tahu, mungkin gue akan seperti dia. Sang Cici Tua, gue akan eksplor dunia gue sendiri, mencari kemapanan dalam hidup dan menjadi Tua tanpa pasangan hidup.
Gue sekali lagi merasa, ini adalah tantangan yang sangat berarti.

Kadang pun gue merasa, ketika gue hampir lulus kuliah, dan sebentar lagi pergi meninggalkan dunia Sekolah Tinggi. Pergi berlayar ke dunia kerja sampai mapan. Di sela-sela itu menikah dan punya anak. SUNGGUH MEMBOSANKAN! Menjalani lagi hidup gue sama seperti bokap ketemu nyokap – bokap nikah sama nyokap – punya anak seperti gue. Dan hidup selalu cycling seperti itu.

Hmph! Lagi-lagi gue harus seperti itu. Hidup ini terlalu membosankan ketika lu tidak bisa mencari jalan indah nan kilau yang lu temui dalam eksplorasi lu di dunia ini. Justru apa yang lu hadapi kebanyakan adalah tembok-tembok besar tak berujung, tongkat-tongkat tinggi tak lancip. Entah kemana perginya, lu selalu mengikuti arus kehidupan, selalu mengikuti cycle yang berjalan. Kenapa gak sekalipun lu ngubah arus lu, lawan arus dan lihat hasilnya. Dan itu yang akan gue lakukan.
PASTI gue akan seperti Sang Cici Tua. Tapi, dengan begitu gue punya kepuasan tersendiri dalam kesendirian ini.

Manusia takkan puas sebelum menyadari bahwa kesadaran akan 'puas' itu sendiri ada dalam kesederhanaannya menjalani, mengeksplor dan beradaptasi dengan lingkungan baru yang selalu kita datangkan dan kita lewati.   

No comments:

Post a Comment