Monday 9 December 2013

The Last Confession

Hanya ada satu di akhir tahun ini yang aku inginkan, adalah sebuah pengakuan bahwa aku tak ingin lagi dianggap sebagai adik yang polos dan selalu tidak punya kemampuan apa-apa, hanya bisa mengandalkan kekuatan kakak yang aku suka. Aku ingin mengakui semua rasa kekagumanku dan kesukaanku.

Setahun yang lalu di hari natal yang sama, aku masih belum sadar siapa dia. Hari ke hari sampai tahun ini, aku semakin menyadari dia itu sempurna.

Bagiku ini adalah satusatunya jalan tersisa untuk aku memastikan perasaan padanya. Aku juga sama seperti yang lain, pada akhirnya akan menerapkan 'lebih baik sehari jadi pahlawan daripada seribu hari jadi pengecut'.

Mungkin aku akan takut melangkah, tapi semakin kutahan akan semakin dan jauh rasanya aku berjalan. Aku pun akan menghadapi rasa takutku sendiri, face to face. Aku akan yakin saat itu dan sampai kapanpun akan benar memilih jalan ini. Jalan untuk jadi apa yang kumau, hidup cepat dan berbahaya. Layaknya revolver di tangan seorang tak dikenal di sebuah tempat tak terkenal.

Kak, maafkan aku kalau aku membuatmu tidak akan merasa nyaman setelah aku bicara lantang denganmu soal ini.

Akan terasa sakit, tapi ini akhir dari ceritaku di dua ribu tiga belas.

No comments:

Post a Comment